Aku punya tetangga, di belakang rumahku di Jl. Raya Ngunut. Suaminya berprofesi sebagai (istilah waktu itu) "Penjual Nomor". Orangnya berkumis lebat. Biasanya dia membawa sebuah koper yang berisikan alat-alat tulis.
Nomor apa yang dijualnya ?
Pada jaman itu dilaksanakan secara legal 'undian berhadiah'. Orang-orang membeli beberapa nomor yang dipercaya akan merupakan nomor yang tepat dengan 'nomor yang diterbitkan' oleh 'pusat'.
Misal, si A membeli nomor 51,33,55,44 masing-masing Rp. 500. Jika ternyata yang 'keluar / terbit' adalah nomor 55, maka dia mendapatkan uang Rp. 500 x sekian.
Nah, bapak ini dengan keahliannya berjualan suatu prediksi nomor yang akan keluar tadi.
Dia biasanya beroperasi dekat pasar Ngunut. Di sana, dia mencari tempat yang strategis. Kemudian dia membuka selembar kertas kosong yang cukup lebar. Dia mulai memperagakan hitungan-hitungannya berdasarkan nomor-nomor yang pernah keluar beberapa waktu silam.
Entah, dengan formula apa, yang pasti semua kata-kata yang keluar dari mulutnya bisa membuat beberapa orang yang tertarik berkerumun. Dan, sekian menit kemudian, dia mulai menjual / berjualan sebuah kertas yang dibungkus rapi. Di dalam kertas itulah dia menaruh 'nomor-khusus' hasil prediksinya.
Beberapa orang yang yakin dengan 'teori'nya, mulai mengeluarkan uang dan membeli bungkusan itu, dan akan dibuka nanti, untuk digunakan membeli 'nomor'.
Apakah mereka benar-benar menjadi 'pemenang'? Entahlah. Tapi, itulah salah satu profesi yang kuingat waktu aku kecil di desa Ngunut...
= = = tambahan Senin malam, 18 April 2011 = = =
Istriku mengingatkan, dia dulu waktu di desa (Blitar) juga pernah menjumpai orang-orang seperti ini, dan ada lembaran-lembaran kertas yang dibuat dengan sistim stensil, bergambar khusus dan disertai kode-kode / angka-angka khusus juga. Ini seperti terbitan selebaran bagi para pemburu hadiah - nomor ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar