Seorang temanku mengaku, dia sering 'melihat ke atas' - membandingkan dirinya dengan orang-orang lain yang 'lebih berhasil, lebih sukses, lebih segala-galanya' dari apa yang dia miliki.
Suatu hari, mata 'hati'nya terbuka ketika dia mampir ke rumah seorang temannya, seorang ibu.
Selama ini, dia hanya mengenal ibu ini sebagai seorang yang ramah, murah hati, dan tegar, wajahnyapun memancarkan sukacita - kegembiraan dari dalam hati- yang sangat menarik. Temanku berpikir, ibu ini pasti berbahagia dan kondisinya 'di atas' juga.
Hati temanku sangat kaget, di rumah temannya dia melihat realita yang sangat kontras dengan apa yang dipikirkannya selama ini. Di rumah, suami ibu ini terkena STROKE, dan hampir 2 tahun tidak bisa berjumpa dengan anak laki-laki mereka. Di mana anak mereka? Ibu itu mengajak temanku melihat kondisi anaknya : LUMPUH, selama ini, tidak bisa apa-apa, terbaring di tempat tidur, di lantai 2 rumah mereka. Usia pemuda itu 27 tahun!
Dulu, pemuda ini lahir dengan normal. Namun karena suatu peristiwa, dia mengalami semua itu, kalau tidak salah waktu sakit dia disuntik, dan kemudian mulai kehilangan pendengaran, dst.
Selama itu, ibu ini merawat mereka, siang dan malam.... dan dia tetap tegar menghadapi semua hal itu!
Temanku sangat tersentak dengan realita ini... bahwa dia harus sering melihat 'ke bawah', bukan 'ke atas'...
Akupun juga sering membanding-bandingkan diriku dan orang lain yang kuanggap 'lebih' dari diriku, padahal masih banyak yang 'kurang' dari apa yang dianugerahkan TUHAN kepadaku selama ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar